Tuesday 14 October 2025 - 20:24
Para Santriwati adalah Pemimpin Gerakan Perlawanan

Hawzah/ Kepala Jami’ah al-Zahra (sa) mengatakan: Apabila pandangan peradaban Islam dijelaskan kepada manusia, mereka pasti akan tertarik kepadanya dan tidak lagi tunduk pada keangkuhan global. Karena itu, musuh telah merancang berbagai rencana; maka para pemimpin perlawanan ini adalah para santriwati kita yang, dengan bantuan para ustadz dan pengelola, harus memimpin perjuangan ini.

Dilansir dari Berita Hawzah, Sayyidah Zahra Barqei, Kepala Jami’ah al-Zahra (sa), dalam sebuah wawancara menyinggung peran para pengelola, ustadzah, dan santriwati dalam merepresentasikan serta memberi pengaruh sosial bagi hawzah-hawzah ilmiyah perempuan di masa kini. Ia mengatakan: Jika pandangan peradaban Islam dijelaskan kepada manusia, mereka pasti akan tertarik kepadanya dan tidak lagi tunduk pada kesombongan kekuatan global. Karena itu, musuh telah membuat berbagai rencana; maka para pemimpin perlawanan ini adalah para santriwati kita yang, dengan bantuan para ustadz dan pengelola, harus memimpin agar perlawanan ini mencapai hasil akhirnya.

Ia menjelaskan: Saat ini kita berada pada masa yang sangat sensitif, dan para musuh telah berinvestasi pada isu perempuan dan keluarga, karena Islam sejalan dengan fitrah manusia. Di sisi lain, pandangan peradaban Islam terhadap perempuan dan keluarga membuat orang-orang yang hidup sesuai dengan fitrahnya akan tertarik ke arah itu dan menjauh dari kekuatan arogan dunia.

Kepala Jami’ah al-Zahra (sa) menambahkan: Untuk mempercepat langkah di jalan ini, banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah penguatan pengetahuan dan kesadaran. Kita harus meningkatkan pemahaman kita tentang posisi musuh, situasi zaman, dan kondisi tempat kita berada.

Sayyidah Barqei menegaskan: Salah satu hal penting dalam kebijaksanaan adalah mengenali musuh. Kita harus benar-benar memahami musuh, tujuannya, dan strateginya. Ini adalah tugas setiap santriwati dan ustazah untuk membimbing para pelajarnya dalam hal ini.

Ia melanjutkan: Kita harus mengenal musuh, memahami zaman, serta mengetahui kemampuan dan potensi kita. Kita perlu menyadari seberapa besar kapasitas yang dimiliki, mengenali sumber daya yang ada, dan mengetahui langkah-langkah yang diambil musuh. Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita bisa membuat perencanaan yang teratur sebagaimana yang disampaikan Imam Ali (as): “Keteraturan dalam urusan.”

Di akhir pernyataannya, Kepala Jami’ah al-Zahra (sa) mengatakan: Tampaknya kita harus memperkuat spiritualitas. Kita adalah pengikut Ahlulbait, Nabi, dan Al-Qur’an, dan mereka menyebutkan bahwa iman kepada hal gaib adalah syarat ketakwaan. Maksud saya dengan spiritualitas di sini bukan hanya soal salat dan ibadah, tetapi kesadaran akan dimensi gaib yang harus tampak dalam kehidupan kita. Gaya hidup keulamaan kita harus mencerminkan iman, keyakinan, dan spiritualitas dalam perilaku kita, yaitu mengikuti “model ketiga perempuan Muslimah,” bukan model perempuan jahiliah modern atau perempuan bergaya Barat yang kini sedang dipaksakan oleh budaya global.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha